Jumat, Juni 19, 2009

REKIBLIK ETEKEWER - SITI HAJAR

Simbah sampun dahar?...(simbah sudah makan?), durung le (belum le), rasanya mendadak kenyang, laparnya jadi hilang dan nggak selera lagi, lho memangnya kenapa tho Mbah… padahal lauknya kesukaan simbah lho, sambel korek, goreng tempe dan godong kates (daun pepaya). Ya betul lauk itu kesukaan simbah, tapi saat ini simbah lagi nggak kolu (tidak ketelan) untuk makan. Cucunya memandang dengan penuh tanya sambil mengerutkan dahi tanda berpikir keras “ada apa ya dengan simbah?...” selidik punya selidik akhirnya mata si cucu tertuju pada lembaran kertas yang di genggam simbah....wach pasti ini sumber biangnya bathin si cucu.


Simbah ini mendadak nggak selera makan pasti gara-gara koran yang simbah pegang itu ya .... memangnya ada berita apa tho mbah sampai-sampai simbah begitu. Ini lho le...kok ya ada ya mahluk yang disebut manusia yang notabene mahluk ciptaan Gusti Allah paling sempurna dibandingkan ciptaan lainnya justru melakukan perbuatan yang tidak pantas sebagai manusia, bahkan bisa dikatakan lebih rendah dari mahluk terendah. Manusia itu hanya pantas disebut manusia jika manusia tersebut mampu memanusiakan manusia, lha kalau tidak..., mau disebut apa?!!!...


Di negri sendiri disia-siakan, tidak mendapat penghidupan yang layak, padahal ini khan sudah jadi tanggungjawabnya yang mengemban amanat negri tho le. Mengadu nasib kenegri lain agar mendapatkan penghidupan yang layak tersebut eehh malah disiksa, mereka itu juga manusia ciptaan Gusti Allah, sama seperti kita semua, sama-sama memiliki harkat dan martabat untuk mendapatkan penghidupan yang layak, bukan siksa dan penghinaan harkat dan martabat diri !!!.... Apa Rekiblik Etekewer & Negri Jaran itu sudah berubah jadi kebun binatang apa le?... apa sudah tidak ada peradaban yang beradab di kedua negri itu, apa sama-sama sudah jadi biadab ya le... Cuma bedanya yang satu terang-terangan yang satunya malu-malu kirek (anak anjing) alias sembunyi-sembunyi...acch podho wae, podho-podho biadab’e (ach sama saja, sama-sama biadabnya)


Seorang wanita atau ibu jika harus keluar dari lingkungannya untuk bekerja mencari nafkah demi sesuap nasi berarti penghidupannya memang benar-benar sulit. Sebagian besar hanya menjadi buruh baik di pabrik, perkebunan, pelayan toko, pembantu rumahtangga dsb, yang nota bene sebagai pekerja level bawah, lha kalau ada satu dua yang di level atas itu pengecualian le, tidak termasuk dalam hal yang simbah maksud. Gaji yang mereka dapatpun tidak cukup untuk biaya hidup sebulan, sekedar bertahan untuk tetap bisa makan, jangan tanya untuk kebutuhan lainnya. Belum lagi banyak peraturan yang tidak memihak mereka, biasalah le dengan dalih yang bermacam-macam, sebetulnya ujung-ujungnya hanya tidak mau keuntungan yang diterima berkurang, ini kalau mau jujur lho le... Lha wong yang di dalam negri rekiblik Etekewer saja mengalami hal yang seperti ini, apalagi yang di negri lain?... Jasa terhadap pemasukan devisa pada negri yang jumlahnya tidak sedikit, sampai hitungan triliun lho le tidak dihargai dengan sepadan menurut pranata dan nilai-nilai kemanusiaan, betapa malang nasib para TKW negri itu ya le... Sudah berapa kejadian yang memilukan dialami oleh para TKW, bahkan ada yang sampai sekarang kasusnya belum selesai, TKW itu juga manusia....


Para tenaga kerja wanita yang di negri sebrang apakah di negri Jaran, negri Onta dsb itu ibarat telur di ujung tanduk le, dikelilingi dengan bahaya jangan tanya masalah bargaining power dan bargaining position bagi mereka... wwuuuiiikkkk simbah kok nglondo (ngasing) gitu mbah bahasanya... ssst menengo tho, simbah lagi serius (sssttt diamlah, simbah lagi serius), pulang tanpa cacat fisik saja sudah syukurnya nggak alang kepalang le, apalagi cacat psikologis.... lha ini malah banyak yang cacat fisik tidak terkira bahkan ada yang pulang bawa anak (diperkosa majikan), ironisnya bahkan ada yang pulang tinggal namanya saja je.... dan sederet hal yang memilukan.


Semestinya petinggi di Rekiblik Etekewer harus cerdas, jeli, tanggap, tegas dan berani, tentang segala bentuk bahaya yang mengintai para kawulonya di negri sebrang. Mbok ya o, kalau milih personal pejabat untuk Duto Ageng (dutabesar) dipikirkan masak-masak, pilih orang yang integritas, kredibilitas dan kualitasnya yang sudah teruji dan terbukti jempol, jangan asal milih, padhake ngopyok lotre arisan wae (disamakan ngocok lotre arisan saja). Lha ironisnya banyak yang kasus dan bermasalah di dalam negri malah diberi jabatan di luar, sama saja secara tidak langsung menunjukkan wajah kelas coro (kecoak) di mata luar tho, nek wes ngene seng gendheng sopo?...(kalau sudah begini yang gila siapa?).


Duto Ageng (dutabesar) itu secara tidak langsung wajah negri di mata luar. Sudah seharusnya memilih orang untuk menjabatnya harus orang yang mampu menampakkan wajah negri sebagai bangsa dan negara yang berwibawa, memiliki kedaulatan, harkat, martabat, harga diri dan jati diri sedemikian rupa agar negri dan bangsa lain menghormati dan segan, secara tidak langsung kawulo negri yang ada di negri sebrang tersebut terlindungi dan mendapatkan perlakuan sewajarnya dengan baik.


Para pengurus/petugas yang berurusan dengan dengan tenaga kerja juga harus dibenahi, berantas habis itu wong-wong nggragas (orang-orang serakah) yang selalu mempersulit dan memungut biaya siluman dalam proses pengurusan ijin dan kelengkapannya untuk bekerja keluar negri, mbok ya sistemnya dirubah supaya bagaimana caranya tingkat bertatap muka antar orang yang perlu dan yang memenuhi keperluan itu supaya seminimal mungkin. Lha kan bisa tho pakai sistem yang kayak kamu biasanya utak-atik seharian sambil mejet-mejet apa itu le namanya?... terus bisa langsung ngurus tanpa harus ketemu. Oo...komputer itu tho mbah... hhesss mbuh pokoke ngono kuilah ( achhh nggak tahu pokoknya begitulah), itu namanya sistem online via komputerisasi mbah... segala sesuatunya serba otomatis dan on line, sek..sek...sek... on line itu apa tho le.. oalah simbah ndesit tenin ki (oalah simbah ini kuper banget nich), online itu bisa diartikan dengan bahasa mudahnya terhubung alias nyambung mbah... jadi hanya dikerjakan darimanapun sudah tersambung kesemua pihak yang terkait, mulai dari ngisi form pendaftaran, form persyaratan sampai dengan pembayaran ke bank juga bisa langsung menggunakan sistem itu, dsb. Praktis, efektif dan efisien...sudah pasti bebas biaya siluman dari para oknum-oknum nggragas (rakus) itu mbah... Lha iya tho le...jika sudah bisa dengan sistem demikian khan enak tho, terjadi efisiensi penggunaan orang, lha orang-orang yang nggak produktif yang notabene membebani anggaran negara khan bisa dikurangi apakah pensiun dini atau apalah istilahnya sesuai sistem yang dijalankan di negri itu.


Sehingga pada akhirnya motto ”jika bisa dipersulit mengapa harus dipermudah serta jika bisa diperpanjang mengapa harus dipercepat” dapat dihapuskan dari khasanah istilah suatu proses.

Orang-orang yang nggak beres alias nggragas tadi dikumpulkan semua kemudian disebar & direlokasi ke pulau-pulau terluar dari negri Rekiblik Etekewer, biar pulau-pulau tersebut ada penghuninya, agar tidak diusik-usik negri yang suka maling le, lama kelamaan khan pulau-pulau itu akan hidup denyut aktifitasnya sehingga semua potensi sumberdaya alam yang dimiliki dapat tergali dan dimanfaatkan tho... Lha wong benua Kang Guru konon sejarahnya dulu adalah tempat pembuangan para kriminal kelas kakap je, sekarang lihat nyatanya malah makmur le..., tidak mustahil juga tho pulau-pulau yang selama ini tidak berpenghuni jika dihuni bisa memberi kontribusi kemakmuran pada negri Rekiblik Etekewer itu sendiri, mungkin saja tho??...


Makanya le...semua itu tidak terlepas dari pemimpin yang bersih, berani dan tegas namun bijaksana, lha nek pemimpine wae wes dho nggragas yo ojo takon (lha kalau para pemimpinnya saja sudah pada rakus ya jangan tanya...) He...he...he... kok omongannya malah mbleber (merebak) kemana-mana ya le, anggap aja intermezo ya le.... wwwuuuiiikkkk simbah nglondho meneh (ngasing lagi), hayo balik ke topik lagi...


Wach mbah kalau sudah menyangkut harga diri susah... lho susah bagaimana tho le... lha nggak susah bagaimana, sekarang ini bursa penjualan yang lagi ramai dan paling laris itu bursa jual diri dan mbacot je... coba aja mbah baca itu koran pada halaman yang lain, khan banyak ditemukan orang yang dengan mudah menjual diri dengan obral murah harga diri, mbacot seperti orang ngigau yang penting dapat porsi potongan kue jabatan... lha kalau di dalam negri Rekiblik Etekewer saja sudah begitu bagaimana yang di luar mbah... jangan heran jika Negri Jaran semakin kurang ajar, lha yang dikurangajari malah seneng je...


Lagi-lagi tenaga kerja wanita yang banyak menanggung dampak kesusahannya ya mbah, lagi-lagi orang kecil dan bawah yang harus menumpu petingginya., jangan-jangan bener juga perkiraan simbah, sudah jadi kebun binatang mbah he...he...he.... jika sudah begini harusnya program pembangunan rumak sakit jiwa digalakkan secara besar-besaran ya mbah... lha petingginya pada sakit semua...


Kamu bisa bayangkan le, seorang wanita atau ibu adalah sosok ciptaan yang sangat disayangi oleh Gusti Allah, diberi anugrah hak yang sangat istimewa yaitu mengandung kehidupan. Kehidupan yang dikandungnya kelak menjadi sosok-sosok penentu arah dan wajah peradaban di bumi. Teramat sangat berat le anugrah tanggungjawab yang diembannya... mbok ya oo dihormati dan dimuliakan, bukan malah disiksa dan dihina, apa yang menyiksa tersebut tidak pernah punya ibu ya le... lha kalau tidak punya mbrojolnya (keluarnya) dari mana??!!... Hanya manusia yang mampu memanusiakan manusia saja yang pantas disebut manusia.


Gusti Allah sendiri memerintahkan ”hormatilah ibu bapakmu...” ibu tho diposisi pertama dan didahulukan?.... bukan bapak. Lagi-lagi mbok ya oo... wes pikiren dewe le... (pikirkanlah sendiri le).....




Rabu, Juni 10, 2009

REKIBLIK ETEKEWER

TANGISAN RAKYAT & JOGETAN MUNYUK


Sore ini sedikit kelabu pertanda sebentar lagi anugrah turun dari langit untuk para petani seperti simbah. Diusia yang tidak bisa dibilang muda lagi simbah masih tekun menggarap sepetak sawah tadah hujannya, guna keperluan hidup sekaligus pengisi hari tua.


Le sini sebentar le...seraya memanggil cucu kesayangannya yang masih asyik berkubang lumpur membantu di sawah... nggih mbah (ya mbah-jawa) sebentar tanggung dikit lagi selesai jawab si cucu sambil menyeka keringat yang membasuh sekujur tubuhnya.... Sambil menunggu cucunya datang simbah mulai melinting rokok klembak menyannya di gubuk mungil tempat biasa istirahat. Simbah terlihat sangat menikmati hisapan demi hisapan rokoknya sambil mendengarkan musik klenengan jawa dari radio dua band yang tidak pernah ketinggalan setiap kali ke sawah.


Wonten nopo tho mbah (ada apa tho mbah-jawa) kok sepertinya penting banget si cucu mendekat seraya menyapa. Ini lho le, pinggang simbah kok rasanya agak sakit, mbok coba dipijit biar sembuh...simbah sich kalau diberi saran nggak mau dengerin, mbok ya nggak usah terlalu sering turun kesawah, usia seperti simbah kan perlu banyak istirahat, ya kalau mau kesawah cukup ngawasi dari gubuk aja. Pikiranmu itu benar le...tapi menurut kamu, lha wong simbah kalau tidak gerak justru badannya malah jadi pada sakit semua je... ini yang dinamakan orang jawa itu “bener neng ra pener” (benar tapi tidak tepat).


Lha tadi simbah ngapain kok tahu-tahu pinggangnya sakit... ooo tadi simbah waktu membungkuk ngambil rumput liar terus langsung tegak gitu aja, wach... jangan-jangan simbah kecetit (keseleo-jawa). Ya kalau cuma kecetit otot saja nggak apa-apa tho le, toh nanti setelah kamu pijitin juga sembuh. Itu tidak seberapa le jika dibandingkan sakitnya kecetit hati, susah le disembuhkan...


Wach kalau masalah kecetit hati, rakyat sudah lama merasakannya mbah... betapa tidak, rakyat yang harusnya menjadi subyek, bagi penguasa justru hanya sekedar dijadikan obyek kepentingan mereka, lhak yo kuwalik tho mbah (khan ya terbalik tho mbah-jawa). Bayangkan mbah harkat dan martabat rakyat justru dirampas oleh pemimpin dan oknum pejabatnya sendiri, bukan bangsa lain mbah....


Konon katanya sich mbah bahwa pemimpin itu ada karena rakyat, semestinya khan mengemban amanah rakyat tho mbah, lha ini nggak je... aku jadi bertanya-tanya pada diri sendiri, rakyat yang mana ?.... wach jan jaman setan ... sicucu mengomel.... tunggu-tunggu...kamu ini kok malah jadi ngomel-ngomel gitu tho le... mbok ya yang sabar... ya kalau di Rekiblik Etekewer sedang dipenuhi setan yang pada berkuasa mbok ya pada ndedonga kabeh ngono.. (berdoa semua gitu-jawa) minta Gusti Allah membantu menyelesaikan permasalahannya... lha wong Gusti Allah itu tidak pernah menolak yang berdoa minta pertolongan padaNYA kok apalagi demi kemaslahatan rakyat... beda sama penguasa, minta tolong harus pakai embel-embel...


Mbah ada berita dagelan munyuk (monyet) terbaru nich mbah, konon di negri Rekiblik Etekewer sekarang lagi marak-maraknya berita para wakil kawulo (wakil rakyat) katanya....lagi-lagi katanya lho mbah mewakili rakyat, benarnya ya mbuhh....(benarnya ya nggak tahu) sedang sibuk mencari manfaat untuk kepentingan diri mereka sendiri tapi diplesetkan sebagai bentuk kenang-kenangan, hal ini dilakukan mengambil moment masa jabatan yang sebentar lagi usai. Nggak main-main lho mbah hanya untuk kenang-kenangan harus mengeluarkan uang rakyat yang jumlahnya tidak sedikit, menghitungnya aja aku mungkin nggak sanggup mbah, saking banyaknya. Bisa simbah bayangkan, berapa banyak jika per orang 10 gram emas mbah... lha wong jumlah wakil kawulo (katanyaaaa....) sampai ratusan orang je, totalnya simbah bayangkan sendiri....


Wharakadah....lho katanya mengemban amanat sebagai wakil kawulo le, itu kalau dijalankan dengan benar merupakan sebuah tugas yang mulia, “kalau dengan benar” lho... besar pahalanya le.... Apa mereka itu dalam tugasnya nggak dibayar apa le.... waalaahhh mbah bayarannya jauh lebih besar dari gaji para buruh setahun, bahkan kalau apa yang didapatkan wakil kawulo itu dikumpulkan sejak awal tugasnya sampai selesainya, mungkin buruh perlu reinkarnasi 21 kali untuk bisa menyamai, bisa mbah bayangkan khan?... belum lagi setumpuk fasilitas ini itu yang dengan alasan dan dalih untuk memperlancar tugas... pokoknya ya itu tadi mbah perilaku ”dagelan munyuk” yang selalu dipertontonkan, rakyat bukan lagi hanya sekedar kecetit hatinya tapi malah sudah neggh (muak).... walaupun ada yang masih tetap bertahan dengan nuraninya, menjalankan amanat rakyat dengan tulus dan baik, tapi jumlahnya tidak lebih dari hitungan jari, mereka ini tergilas sama perilaku-perilaku rakus tadi mbah.... Wach nek ngono setane jingkrak-jingkrak no le mergo akeh bolone (wach kalau gitu setannya jingkrak-jingkrak donk le karena banyak temannya), perilaku yang kamu ceritakan tadi kalau di jawa itu dikenal dengan istilah perilaku “seng ora empan papan” (tidak pada tempatnya).


Kalau direnungkan sungguh ironis yang terjadi di Rekiblik Etekewer ini mbah, bagaimana tidak, belum usai duka musibah kecelakaan pesawat yang bertubi-tubi dan membawa korban jiwa, belum usai linangan airmata keluarga yang ditinggalkan, wilayah sebagai bagian kedaulatan bangsa yang mulai diusik-usik maling, warga negara yang dianiaya dan disiksa oleh bangsa lain (apa gunanya DUBES??!!!...), semua itu belum usai mbah, belum usai.... belum lagi rakyat yang sedang kesulitan pangan, segala sesuatu serba mahal baik pendidikan, kesehatan dsb, belum lagi pelayanan publik yang tidak profesional dan dipenuhi oknum-oknum korup, pajak rakyat untuk menggelembungkan perut sendiri bukannya kembali pada rakyat secara utuh, pokoknya masih banyak lagi lah mbah permasalahan yang harus mendapat perhatian... eehh mereka yang katanya wakil kawulo malah sibuk “berdagelan munyuk”. Anggaran untuk hal-hal yang sangat penting seperti peralatan untuk menjaga kedaulatan negara & bangsa, pendidikan & kesehatan rakyat, pengentasan kemiskinan dsb malah kalah besar dari anggaran untuk foya-foya fasilitas segelintir pejabat... oaalaaahhh.... geblekk...


Le... kalau sudah begitu dikembalikan kemakna orang hidup itu untuk apa tho le... perlu diingat Gusti Allah tidak pernah menciptakan wilayah abu-abu, hanya menciptakan wilayah hitam dan putih titik. Wilayah abu-abu itu kan manusia-manusia yang menciptkannya demi kepentingan dirinya maupun kelompoknya. Banyak cara dan dalih yang dilontarkan, tetap saja itu dalih walau kesannya sesuci apapun, yang namanya dalih menyiratkan makna tersembunyi yang tidak seperti tampaknya. Jika sudah begini jangan pernah berharap untuk manfaat dan kemaslahatan rakyat secara utuh. Makanya le...jaman simbah-simbah dulu, jika mau memilih pemimpin selalu didahului dengan laku prihatin agar suci memohon petunjuk Gusti Allah, siapa orang yang dipilih oleh Gusti Allah, sehingga dalam kepemimpinan orang pilihan tersebut rakyat merasakan tentrem, aman, makmur dan sejahtera.


Lha kalau tidak salah dengar katanya di Rekiblik Etekewer sedang ada hajat besar memilih pemimpinnya tho le.... lha kok simbol bendera negrinya tidak terlihat ada berkibar?... biasanya kalau sebuah negri sedang hajatan besar, panji-panji dan simbol negrinya pasti dipasang dimana-mana, ini kok nggak le ?... Hhhmmmm... (simbah terlihat menggumam sambil mengeluas dadanya) kasihan para pejuang dan pendiri negrinya ya le, betapa sedihnya mereka jika melihat ini...


Satu hal yang perlu diingat dalam memilih pemimpin atau wakil kawulo, pilihlah yang sehat Roh, Tubuh dan Jiwanya, agar sehat kepemimpinannya, agar sehat kehidupan rakyat dan bangsa yang dipimpin. Banyaklah berikhtiar dan berdoa sebelum memilih pemimpin, sebab pemimpin yang tidak dikehendaki Gusti Allah akan membawa bencana dan celaka bagi rakyatnya, pilih pemimpin yang tidak mengkhianati sejarah bangsa & negaranya sebab sebuah negara dibentuk dan didirikan melalui pengorbanan jiwa, harapan, cita-cita & sumpah suci dari segenap komponen bangsa yang beragam.


Menyeragamkan sebuah bangsa yang beragam pada dasarnya adalah pengkhianatan, pengkhianat tidak akan pernah membawa kedamaian selain kesengsaraan yang berkepanjangan.


Yo le... kita ikut mendoakan semoga hajatan besar di Rekiblik Etekewer berjalan dengan baik dan damai, dan rakyatnya mendapatkan pemimpin yang sehati, senasib, sepenanggungan dengan rakyatnya, Amin... Selamat berhajat besar Rekiblik Etekewer.....




Kamis, Juni 04, 2009

REKIBLIK ETEKEWER

PRITA MULYASARI – MAHALNYA HARGA KELUH KESAH


Pagi ini matahari terasa terik dan menyengat kulit, simbah pulang dari sawah memanggul cangkulnya sambil menyeka keringat yang mengalir di kulit tuanya yang keriput. Saat melewati pintu yang menuju kesumur sepintas terlihat cucu kesayangannya sedang asyik dengan muka serius entah apa yang sedang dibaca dalam genggaman tangannya sambil ngedumel tidak jelas.


Usai membasuh kaki dan sekujur tubuh yang penuh lumpur perlahan simbah menghampiri sang cucu sambil bertanya, ”le (panggilan kesayangan untuk anak laki-laki) lagakmu kok serius banget kaya anggota dewan pemikir kerajaan aja tho?...” cucu yang memang tidak menyadari kehadiran simbah kaget mendapat teguran sambil menoleh kearah datangnya suara.


Oo...simbah sudah pulang tho, kok nggak kedengaran tho mbah, apa simbah nggunakan aji septi angin sehingga tahu-tahu dah di samping. Lha ini, ditanya kok bukannya beri jawaban malah mbales nanyain, ujar simbah.... he..he..he.. sekalian nyoba cara baru, timpal cucu, kaya ini lho di surat kabar Rekiblik Etekewer lagi ramai berita seorang ibu yang berkeluh kesah dan mempertanyakan apa yang dialaminya eh malah dipenjara, lhak yo sama to mbah intinya...hanya bentuknya yang beda,kok rasanya kejam banget...


Lhadalah...simbah terhenyak kaget mendengar cerita, lha Rekiblik Etekewer itu negri opo to le, kalau dulu jaman kerajaan mentaram rakyat/kawulo yang mau mencari keadilan duduk di tengah alun-alun depan istana, kemudian akan diperhatikan dan ditindaklanjuti oleh raja, mencerminkan betapa raja sangat memperhatikan rasa keadilan yang dibutuhkan kawulonya, kalau di replik kewer (simbah kesusahan nyebutnya) itu bagaimana le?...


Rekiblik Etekewer kok replik kewer simbah ini gimana tho nyebutnya, haasss ... pokoknya gitulah le kaya yang kamu sebutkan tadi. Rekiblik Etekewer itu sebuah negri yang berlandaskan hukum, konon katanya lho mbah, jadi ya segala sesuatu permasalahan diselesaikan berdasarkan hukum yang berlaku, lha masalahnya para pelaku hukumnya dan pihak-pihak pengguna hukumnya menghormati hukumnya atau tidak yo i don’t know mbah. Sek...sek...sek (tunggu-jawa) kamu ini kok malah bikin simbah tambah bingung tho le, lha itu bahasa apa lagi yang diucapkan...he...he...he...si cucu malah tambah seneng simbah penasaran, artinya aku tidak tahu mbah, lha tidak tahu kok kamu ucapkan tho le...welehh simbah ini gimana tho diberitahu malah protes lho, arti kata itu saya tidak tahu itu artinya mbah...mbah...mbah...wach simbah ini ndesit (kuper-jawa).


Balik lagi kemasalah Rekiblik Etekewer tadi yo mbah, konon dengar punya dengar yang paling berkuasa atas hukum di Rekiblik Etekewer itu uang mbah, jadi ya hitam putihnya ditentukan uang itu tadi... wharakadah simbah megang dagunya sambil manggut-manggut, wach lha kalau gitu ya sama saja tho le istilahnya ”asu gedhe menang kerahe” (anjing besar menang berkelahinya) sebab siapa yang punya kekuasaan dan uang banyak jika tidak hidup mata hatinya nuraninya bisa menjelma asu gedhe (anjing besar)...waacchhh...lha yo repot le.


Makanya mbah bisa terjadi seorang ibu yang sambat (mengeluh) tentang apa yang dialaminya lewat surat elektronik kepada teman-temannya malah berbuah petaka, jika sudah begini ”betapa mahalnya harga sebuah keluh kesah” di negri Rekiblik Etekewer itu ya mbah, sampai-sampai harus mengelus dada mendengarnya. Lhak yo mestinya yang namanya orang berkeluh kesah setidaknya mendapatkan pencerahan atau jalan keluar tho mbah, minimal respon positif yang dapat membantu meringankan beban yang di alami si ibu tersebut, bukannya malah diberi petaka, ooaalahh...Gusti...Gusti...paringono ketabahan kangge si ibu (TUHAN...TUHAN...berilah ketabahan untuk si ibu).


Le itu yang namanya kulit tanpa makna, segala sesuatu hanya dilihat dari luar alias tampilan fisik tanpa memahami arti dan makna yang sebenarnya. Makna mengandung seuatu yang dalam, memahami, mengerti dan menginsyafinya. Hukum itu yang buat siapa tho, khan ya manusia to le, artinya di dalamnya pasti masih terkandung banyak kelemahan, oleh sebab itu memaknai adanya kelemahan semestinya hukum itu tidak kaku, tidak ada satupun hukum yang berdiri sendiri, selalu ada keterkaitan antara yang satu dengan lainnya, disinilah fleksibilitas itu memungkinkan. Kalau dalam kasus ibu tadi mbok ya dilihat konteksnya dulu, kalau dipandang tidak sesuai mbok ya o lakukan kontra argumentasi lewat surat elektronik atau media dengan demikian pencerdasan itu berjalan jangan terus merasa kuat kemudian bertindak arogan, lha apa bedanya dengan ”asu gedhe menang kerahe”.... Lebih terpuji lagi dalam melakukan kontra argumen juga disertai dengan peningkatan pelayanan publik yang semakin profesional dan bertanggungjawab. Jika budaya positif itu terus dilakukan suatu saat tidak mustahil Rekiblik Etekewer itu akan menjadi negri yang bermartabat.


Le ini untuk kamu ketahui, jangan sekali-sekali merendahkan dan meremehkan seorang ibu, ibu adalah soko guru bagi kehidupan, di dalamnya terkandung energi yang teramat besar melebihi yang kamu ketahui dalam kehidupan ini. Hormati ibu dan perlakukan dengan penuh kasih, niscaya hidupmu akan bahagia le... makanya kamu khan kenal istilah ”ibu pertiwi” apa ada bapak pertiwi?... juga ada ajaran ”hormatilah ibu bapakmu...” kan ibu dulu yang disebut tho?... doa dan tangisan seorang ibu teramat sangat manjur lho le, jangan main-main dengan seorang ibu, siapa yang bisa mengandung kehidupan hanya ibu tho? Apa bapak bisa khan nggak tho?.... oleh sebab itu jangan pernah melakukan sesuatu yang menyebabkan seorang ibu menjadi teraniaya, camkan ini dalam hidupmu le... niscaya kebahagiaan dan kedamaian menyertai sepanjang umurmu.


Untuk ibu yang saat ini sedang teraniaya itu mari kita doakan semoga tetap diberi kekuatan dan ketabahan, dan semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaiannya diberi pencerahan hati dan pikirannya oleh Gusti Allah semoga kebeningan yang memandu mereka, bukan ambisi dan hawa nafsu serakah, sehingga keadilan dapat tegak dengan kokoh. Hal yang paling penting untuk dipahami bahwa hukum dibuat bukan untuk menyengsarakan, ingat itu!!!...


Apa jadinya kehidupan ini jika sebuah keluh kesah saja harus dibayar dengan harga mahal, lha wong Gusti Allah tempat sambatan keluh kesah saja tidak pernah komersil kok... waaachhh simbah marah...marah.... lho bukan marah le, tapi sangat kecewa atas perlakuan yang tidak adil terhadap ibu tadi, bagaimanapun juga simbah ini manusia normal yang masih memiliki hati nurani je.... ngono yo ngono neng ojo ngono (gitu ya gitu tapi ya jangan gitu). Kalau kamu amati dengan seksama le apa yang dialami ibu tadi menampakkan wajah perilaku hukum, pelaku hukum dan pengguna hukum, pertanyaannya apa ya harus seperti itu???....


Ck...ck...ck... wach simbah ini jan faseh tenan je kaya pengacara aja he..he.. lha jangan salah le, diam-diam begini khan simbah pernah jadi lurah jhe he...he...he... sudah ayo kita makan, simbah dah lapar...



Meraih Sukses Merdeka
www.bisnis-mesin-uang-internet.com