Rabu, Juli 29, 2009

Suksesi Kepemimpinan

REKIBLIK ETEKEWER VII - PEMIMPIN ITU PELAYAN


Suasana di perdikan Guyubrukun pagi ini terlihat begitu hidup dan semarak. Terlihat umbul-umbul terpasang berjejer rapi di kiri kanan jalan yang menuju perdikan Guyubrukun, pertanda adanya hajatan perdikan. Masyarakat begitu antusias saling bergotongroyong mempercantik lingkungan mereka, ada yang mencari bambu untuk tiang umbul-umbul, ada yang sibuk membuat pagar dan mengecat agar terlihat seragam dan bersih. Tidak ketinggalan Balai Perdikan sebagai sentrum kegiatan terlihat ramai dipenuhi masyarakat. Hal yang sangat menarik disini meski Balai Perdikan dipadati orang namun tidak satupun yang terlihat menganggur, masing-masing memiliki aktifitas sendiri-sendiri dan sepertinya otomatis tanpa diperintah, menunjukkan betapa tingginya tingkat kesadaran, kebersamaan dan rasa memiliki.


Budaya gotong royong terlihat sangat kental, kaum muda berbagi tugas menyiapkan panggung dan soundsistem, ibu-ibu sibuk menyiapkan makanan dan minuman, para pemudi sibuk membuat pernik-pernik penghias panggung, semua sibuk dengan aktifitas masing-masing, semua ingin memberikan sumbangsihnya bagi tanah perdikan mereka.


Menjelang sore segala persiapan selesai, terlihat beberapa orang yang ditunjuk sebagai koordinator kegiatan melakukan pengecekan akhir, barangkali masih ada hal yang dipandang kurang atau terlewat, pada saatnya nanti diharapkan acara dapat berlangsung dengan lancar. Simbah sebagai sesepuh perdikanpun tidak ketinggalan melakukan pengecekan sambil memberi semangat para panitia yang ditunjuk. Budaya gotong royong yang sudah mendarah daging terejawantah dalam guyubnya memikul tanggungjawab bersama, tidak terlihat sedikitpun perselisihan dan saling menyalahkan.


Lepas maghrib simbah sudah siap dan rapi, dengan berpakaian sorjan dan udeng-udeng kepala, tidak lupa keris terselip di belakang pinggang, bentuk kearifan tradisional yang sangat kental. Le... sudah siap belum, simbah memanggil cucu kesayangannya, sampun mbah (sudah mbah), lha monggo dalem nderekaken (mari saya persilahkan). Simbah yang usianya sudah senja itu berjalan dengan gagah beriringan dengan cucunya, sembari sesekali menyapa orang yang berpapasan dengan ramah dan penuh senyum. Benar-benar menunjukkan sebagai sosok orangtua yang ramah dan berwibawa, pantas saja kawulo perdikan sangat menghormati, menyegani dan menyayangi simbah sampai sekarang sebagai mantan lurah mereka.


Setiba di Balai Perdikan simbah uluk salam dan disambut uluran salam dari para hadirin yang sudah hadir. Setelah tiba waktunya, pembawa acara mulai membuka acara, dilanjutkan acara demi acara sampai akhirnya pada acara puncak malam itu yaitu syukuran yang diisi dengan doa bersama. Sebelum doa, pembawa acara memohon simbah sebagai sesepuh tanah perdikan memberikan sepatah untaian kata sebagai pengantar.


Saudara-saudara sekalian, malam ini kita berkumpul bersama-sama di sini untuk mengucapkan Puji Syukur kehadirat Gusti Allah, atas ijin, perkenan dan kasih-NYA kita beberapa waktu yang lalu sudah selesai melaksanakan pemilihan pemimpin tanah perdikan yang kita cintai ini. Segala sesuatu berjalan dengan lancar, baik, damai dan penuh kekeluargaan. Mari tetap kita pertahankan dan pupuk budaya gotongroyong dan saling guyub selama ini, mari kita tanamkan dalam diri kita dan anak cucu kita bahwa kita di sini sebagai sesama kawulo perdikan adalah satu keluarga besar yang harus tetap saling membantu, menjaga, mengasuh, mengasihi dan mengingatkan satu dengan lainnya.


Ibarat tubuh jika ada salah satu anggota bagian tubuh yang sakit, bagian lainnya juga tentu merasakan sakit juga. Oleh sebab itu, malam ini kita bersama-sama bermaksud mengungkapkan Puji Syukur itu kehadirat Gusti Allah akan apa yang sudah boleh kita rasakan dan alami ini, agar tanah perdikan tempat kita hidup dan menghidupi kita ini senantiasa diberkati oleh Gusti Allah Yang Maha Agung, Amin...


Marilah kita bersama-sama mempersiapkan hati kita yang tulus dan pikiran kita yang bersih untuk siap masuk kehadirat Gusti Allah. Ubo rampenya sudah siap semua tho ngger? (simbah bertanya sambil berpaling pada ketua pelaksana), sampun mbah... tumpeng, gudangan, kulup, krecek, peyek dan lain-lain semuanya sudah jangkep mbah. Kalau begitu mari dilanjutkan acaranya, monggo bagi yang sudah ditunjuk untuk memimpin doa saya persilahkan, sebelumnya ijinkan saya mengucapkan banyak terimakasih atas sumbangsih sederek sedoyo (saudara semua) dan kehadirannya pada malam ini, waktu saya kembalikan kepada pembawa acara.


Kata pengantar simbah cukup singkat dan sangat bermakna sekali, jika dicermati dengan seksama begitu dalam makna pesan yang disampaikan, ditengah peradaban yang semakin deras melaju, namun kearifan tradisional yang luhur tetap teguh dijalankan beriring dan saling melengkapi dengan peradaban baru yang ada, bukan untuk saling dipertentangkan. Memulai sesuatu dengan mohon petunjuk Gusti Allah, selesai mengungkapkan Puji Syukur kehadirat Gusti Allah. Mengajarkan pada kita semua bahwa yang memiliki hak dan kuasa itu hanya Gusti Allah.


Meski simbah dipandang sebagai orang yang punya posisi dalam strata kemasyarakatan di tanah perdikan ini namun tetap dengan kerendahan hati mengucapkan terimakasih, sebagai bentuk menghargai sumbangsih yang sudah diberikan oleh segenap kawulo perdikan, hal ini menunjukkan keluhuran budi yang patut dicontoh dan dijadikan panutan (lha wong orang biasanya kalau posisinya sudah di atas apalagi berkuasa biasanya malah adigang adigung tho...)

Selesai acara doa, tumpeng dipotong beserta ubo rampe dibagi-bagikan untuk dimakan bersama, pemandangan yang benar-benar guyub diseling gelak tawa orang-orang saling bercanda. Saat acara selesai masing-masing membawa bingkisan makanan dalam besek (wadah dari anyaman bambu) untuk dibawa pulang. Sebelum para hadirin bubar, ketua pelaksana tidak lupa mengingatkan hadirin bahwa besok pagi acara puncak pelantikan pemimpin baru Lurah Perdikan Guyubrukun, hadirin mohon mempersiapkan diri untuk acara besok. Tanpa dikomando serempak hadirin menjawab nggeh (iya).... diseling celetukan beda dari para pemudanya yang menjawab kompak siiiaaapppp......


Malam ini tanah Perdikan Guyubrukun terlihat hening dan damai namun ada sedikit yang berbeda terutama di Balai Perdikan suasananya terang benderang tidak seperti biasanya. Para pemuda yang mendapat tugas jaga sesekali memukul kentongan untuk hiburan dengan nada bertalu dan berirama, terkadang terdengar kocak. Sebagian yang lain keliling perdikan melakukan kontrol seperti biasa, bergantian. Tidak terlihat wajah susah dan kecewa, semua wajah sumringah dan senang walaupun kepenatan mendera mereka.


Subuh seperti biasa simbah sudah mulai dengan aktifitas rutinnya, memberi makan ternak dan burung peliharaan, mengeluarkan dari kandang untuk ditambatan dibawah pohon, sangkar perkutut dikeluarkan satu persatu dicantelkan di teras seperti biasanya. Setelah semua selesai simbah mulai siap-siap membersihkan diri untuk menghadiri acara pelantikan lurah pagi nanti. Le kamu mau berangkat bareng simbah atau duluan, saya duluan ya mbah karena mau bantu-bantu menyiapkan dan menata tempat untuk acara nanti, jawab cucu kesayangannya... ya sudah kalau begitu, kamu duluan saja, karena tenaga dan pikiranmu juga dibutuhkan untuk membantu. Monggo mbah saya berangkat duluan... cucu pamitan, ya... jawab simbah, jangan lupa di cek lagi itu son...son...son apa le namanya?... ooo soundsistem mbah, ya jangan lupa dicek agar nanti tidak masalah suaranya, nggeh mbah...


Pagi ini simbah mengenakan pakaian sorjan, blangkon, keris berikut semua kelengkapannya sebagai bentuk kehadirannya pada suatu acara resmi. Sambil menghisap tembakau lintingan klembak menyan simbah melangkah dengan tenang menuju Balai Perdikan, masih tampak jelas kewibawaan simbah sebagai mantan lurah. Badhe teng mbale mbah? (mau ke balai mbah) salah seorang tetangga menyapa, nggih... lha monggo sareng-sareng (iya..mari bersama-sama) simbah membalas sapaan dengan penuh sopan, monggo mbah kulo derekaken (mari mbah saya iringi). Simbah dan pak Bedjo tampak beriringan sesekali terdengar gelak tawa entah apa yang sedang mereka perbincangkan penuh keakraban.


Waktu kian merambat siang, acara demi acara berjalan dengan khidmat dan lancar. Tibalah waktunya untuk kita bersama mendengarkan dan menyimak nasihat dari sesepuh perdikan yang kita cintai ini, kepada simbah monggo waktu dan tempat kami persilahkan.


Simbah melangkah ke panggung dengan tenang, penuh seksama menyapa hadirin semua dengan uluk salam... Para saudaraku hadirin yang sangat saya sayangi, hari ini tanah perdikan memasuki babak baru perjalanan kedepan. Setelah beberapa waktu lalu kita semua sibuk dengan pelaksanaan pemilihan pemimpin dengan suasana yang penuh kekeluargaan dan gotong royong, akhirnya terpilihlah seorang pemimpin pilihan kita bersama yaitu saudara Subayud (angger = sebutan kesayangan untuk laki-laki jawa). Hal yang sangat membahagiakan bahwa perdikan ini telah berhasil menjalankan alih generasi kepemimpinan dengan baik, seperti kita lihat sekarang. Saudara Subayud adalah sosok generasi muda milik perdikan ini, diharapkan semangat dan energi generasi mudanya mampu mewarnai perdikan ini dengan hal positif dan lebih maju lagi. Tentunya dengan tidak meninggalkan kearifan tradisional yang berjalan dengan baik selama ini. Hidup guyub, rukun, saling kekeluargaan dan gotong royong adalah roh yang menghidupi perdikan kita selama ini, dasar yang harus tetap dipegang teguh oleh siapapun yang memimpin perdikan.


Menjadi seorang pemimpin berarti siap menjadi pelayan kawulo yang dipimpinnya, ojo malah njaluk dilayani (jangan malah minta dilayani). Menjadi seorang pemimpin berarti siap memegang amanat dan menjalankan amanat tersebut dengan penuh rasa pengabdian yang tulus. Seorang pemimpin juga ibarat pintu rejeki bagi kawulonya, oleh sebab itu tetaplah selalu membuka pintu rejeki itu agar kawulo yang dipimpin dapat merasakan kehidupan yang sejahtera, makmur dan berkeadilan. Jangan sekali-kali menutup pintu rejeki dan penghidupan orang lain, karena itu merupakan perbuatan keji dan sangat dibenci oleh Gusti Allah, bukankah rejeki seseorang yang berhak mengaturnya hanya Gusti Allah?... Jangan terus njuk sakwise njabat lan kuoso malah adigang adigung adiguno (setelah menjabat dan berkuasa malah sewenang-wenang dan menggunakan kesempatan dalam arti negatif), itu namanya mengkhianati amanat dan hati kawulo. Jangan pernah sekalipun menjadi pengkhianat amanat kawulo, ingat itu ngger Subayud.

Seorang pemimpin juga ibarat sebuah wadah besar, siap menanggung beban , keluh kesah, kesulitan para kawulonya, siap berkorban untuk kawulonya dan sebagainya. Menjadi pemimpin yang benar dan lurus memang sulit dan teramat sulit, lha kalau sekedar jadi pimpinan itu gampang lha wong tinggal mrintah je.. pimpinan dan pemimpin itu beda, pimpinan dibatasi waktu formal sedangkan pemimpin itu tidak dibatasi waktu formal, kapanpun, saat apapun selalu berlaku. Berdasar kemampuan formal dan kepinteran seseorang bisa jadi pimpinan, tapi belum tentu bisa menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin selain memiliki kemampuan tetapi juga jiwa dan hati, sehingga segala tindak tanduk, perilaku dan perbuatan, pikiran dan perasaannya mampu dijadikan panutan, mampu memberikan kedamaian, mampu menggerakkan, mampu memberi jalan keluar, mampu berkorban, mampu merasakan apa yang dirasakan kawulonya dan sebagainya. Pemimpin itu jauh dari sikap adigang adigung adiguno sehingga tanpa disadari olehnya ada rasa nyaman, tentrem dan damai yang dirasakan kawulonya jika berada dekat sang pemimpin tersebut.


Pesan saya untuk Angger Subayud, pimpinan itu orang pinter, tetapi pemimpin itu orang ngerti, paham tho ngger maksudnya?... nggih mbah sahut lurah baru, jadilah seorang pemimpin yang memiliki hati yang mengerti dan bijaksana, pemimpin yang berpengertian dan berhikmat, tulus rela mengabdi dan berkorban demi kawulonya secara adil, niscaya berkat Gusti Allah tidak akan pergi darimu dan tanah perdikan yang kita cintai ini. Akhir kata selamat mengemban amanat, kami akan selalu bersamamu dalam menjalankan amanat, dan kami yang para orang tua-tua ini juga akan selalu mengawasimu jika kamu melencengkan amanat yang diberikan.


Selamat bertugas, sejahterakan kawulo, makmurkan perdikan, ciptakan selalu kedamaian dan ketentraman, bangun tanah perdikan tercinta ini dengan budaya gotong royong dan semangat mudamu, Gusti Allah pasti bersama kita selalu, Amin....



Selasa, Juli 21, 2009

ORDE KISRUH PARA CAKIL

REKIBLIK ETEKEWER VI – SIMPATI UNTUK KORBAN TRAGEDI JW MARRIOT & RITZ CARLTON


Masyaallah le…. Ada apa tho mbah kok pagi-pagi sudah nyebut gitu. Lha apa kamu tidak tahu apa le di negri temanmu Rekiblik Etekewer sedang terjadi tragedi kemanusiaan gitu lho… Hari di mana saudara-saudara kita yang umat muslim menata hati untuk siap-siap sholat bersama di siang nanti telah diciderai dengan perbuatan biadab dari orang yang sudah mati mata hatinya. Hari yang mestinya dipenuhi dengan kekhusyukan malah dikotori dengan kegaduhan yang menyayat hati manusia (bagi manusia yang merasa masih memiliki hati)…. Masyaallah, oalah Gusti … berilah pengertian.


Simbah tidak habis pikir, peradaban semakin berkembang dan maju, manusia semakin terasah budi dan akal pikirannya, tentunya sikap perilaku dan perbuatan manusia itu semakin berkembang lebih beradab tho… bukan malah menjadi biadab. Perbuatan biadab yang dilakukan oleh manusia tersebut alangkah lebih rendahnya jika dibandingkan dengan binatang. Simbah jadi berpikir apa peradaban ini yang mundur atau manusianya yang gagap menyesuaikan peradaban ya le?... Terlepas apakah yang dijadikan dasar alasan dan pembenaran pemahamannya, yang pasti perbuatan ngebom yang dilakukan itu adalah sebuah tindakan biadab yang tidak berperikemanusiaan. Bagaimana tidak, lha wong yang jadi korban adalah orang-orang yang tidak tahu menahu dan tidak ada sangkut pautnya dengan masalah.


Lha iya lho mbah, baru saja ada tragedi yang memilukan eh malah ada elit yang mengeluarkan pernyataan yang semakin membuat gaduh hati para kawulo. Bagaimana tidak lho mbah, pernyataannya berkesan menuduh lawan politik yang katanya sich mbah berdasar pada data telik sandi dan berkaitan dengan hajatan besar beberapa waktu lalu yang telah usai, ini khan malah jadi dagelan topeng ra katokan tho mbah (dagelan topeng tidak bercelana). He…he…he… istilahmu itu lho le kok ya ada saja lho…


Terlepas data atau tetek bengeknya, mbok ya o dalam situasi tragedi yang memiris hati seperti saat ini mbok ya kalau mengeluarkan pernyataan itu yang hati-hati dan empan papan (sesuai sikond), agar bisa ngademke (menenangkan) kawulo, sambil mengajak segenap komponen untuk bersatu padu dalam memberantas perbuatan biadab sebagai musuh bersama negri, wujud dari bentuk keprihatinan bersama tentang apa yang baru dialami negri rekiblik Etekewer. Kawulo menjadi adem dan turut bersama-sama bergandengan tangan membantu kerja para petugasnya demi negri, dengan apapun sebagai wujud sumbangsih pada negri, apakah informasi atau yang lainnya ya mbah.


Lha runyamnya lagi mbah, itu yang namanya juru contong (jubir) malah ikut-ikutan asal njeplak (asal ngomong), bagaimana tidak, pengalaman dalam hal tersebut tidak punya tapi sok tahu, jadinya ya itu mbah asal njeplak byaaarrr… mendingan temenku mbah punya istilah cerete wes umup, the’e wes dadhi warunge garek dibuka byaakkk… (air di ceret sudah mendidih, tehnya sudah jadi, warungnya tinggal dibuka byaakkk…) setelah itu akan memberi manfaat pada banyak orang, minimal orang yang haus bisa pesen minum dan sebagainya. Beda sama juru contong tadi, waton muni (asal bunyi), waton njeplak (asal ngomong) ujung-ujungnya malah menimbulkan rasa tidak simpati dan neg bagi kawulo, apa dipikirnya kawulo ini bodoh apa ya mbah... apa dipikirnya kawulo ini tidak bisa mengurai masalah apa ya mbah… sudah gitu ngotot lagi nyontongnya, kesannya kok kaya tidak punya budaya malu, sudah salah ngotot lagi. He…he…he… kui jenenge wong keblinger le, ngerti keliru neng ra gelem ngakoni kelirune (itu namanya orang keblinger le, tahu keliru tapi tidak mau ngakui kekeliruannya).


Kujur kebacut tur kebangeten le, lha di saat kejadian itu kan semua mata dunia mengarahkan pandangannya ke negri Rekiblik Etekewer tho le, minimal ingin tahu apa yang terjadi dan seterusnya akan bertanya tentang pengelolaan keamanan negri, lha kalau di tambah dengan pernyataan yang membuat gaduh seperti itu semakin jatuh lagi ini negri di mata dunia. Kalau tidak salah ada tamu ngetop yang mau datang terus nggak jadi khan le?... Ooo itu lho mbah perkumpulan balbalan yang ngetop di luar sana rencananya mau datang untuk tanding dengan perkumpulan balbalannya negri Rekiblik Etekewer, tapi ya itu tadi nggak jadi datang karena ada yang keburu mbledhos (meletus). Wach tambah runyam itu le kalau begitu.


Kalau simbah amati di negri Rekiblik Etekewer itu kok malah yang suka berulah elit dan petingginya ya le, apa di negri itu pada dipimpin cakil-cakil yang sukanya metakil apa le… ada istilah drakula segala je.. apa ya kawulo negri itu termasuk drakula-drakula juga tho le… He..he..he… simbah ini bisa saja lho, yang mimpin ya tetap manusia seperti kita juga mbah, nggak tahu kalau perilakunya, ya mungkin saja mbah perilakunya pada seperti cakil (raksasa). Lha iya lho kalau simbah perhatikan kok malah petingginya yang pada usreg, ngusregki kawulonya alias ngisruhi thok. Apa ordenya sudah berubah nama menjadi orde kisruh ya le…. ha....ha...ha.... (simbah ketawa dengan istilahnya sendiri).


Otak pelaku tindakan biadab ini kalau tidak salah khan warganegara Jaran tho, dulu yang satu sudah mati, tinggal satu, kok ya petinggi Rekiblik Etekewer tidak ada yang bersikap bagaimana gitu, apakah sikap pernyataan keras terhadap negri Jaran karena warganegaranya sudah merusak negri Rekiblik Etekewer, anehnya kok bukan di negrinya saja dia melakukan. Harus ada pernyataan tegas sikap politik negri Rekiblik Etekewer untuk meminta pertanggungjawaban negri Jaran !!!... Disini dibutuhkan orang yang berani mengambil sikap demi kaedaulatan dan martabat rekiblik, pertanyaannya berani tidak itu petingginya.


Balik maning nang topik, simbah jadi bertanya-tanya, kalau memang benar para aparatnya sudah punya data hasil telik sandi lha kok nggak segera diambil tindakan secara tegas, paling tidak khan kejadian yang memilukan itu bisa dicegah tho le... lha dagelannya sudah kejadian kok malah ngungkap data rahasia ada drakulanya segala. Validitas datanya bagaimana? (wuuiiikkk simbah rada modern bahasanya...), jangan-jangan itu data ABS alias bapak senang saja wach khan malah runyam le. Runyam bagi yang mengeluarkan pernyataan dan runyam bagi kawulo yang mendengarnya. Bagaimana tidak, kalau data yang masuk dan dijadikan acuan itu sampah lha yang keluar nanti juga sampah tho?..


Bukankah kalau tidak salah setiap para petinggi itu khan punya penasihat tho le, ya kayak di perdikan kita ini. Kalau penasihatnya sengkuni semua khan ya kasihan petingginya tho, bukannya mengangkat malah menjerumuskan, gawat itu le. Kayanya perlu dikontruksi ulang para penasihatnya, dipilih, dipilah dengan cermat dan hati-hati agar jangan menjadi bumerang.

Sejarah sudah membuktikan bahwa seorang petinggi akan jatuh bukan karena orang yang jauh seperti lawan politiknya, melainkan karena orang-orang terdekatnya, biasanya memerankan diri seperti sengkuni dan berkonspirasi secara diam-diam demi keuntungan pribadinya (diam-diam bahasanya simbah boleh juga nich....)


Kalau menurut simbah, langkah bijaksana dan mendesak harus dilakukan adalah dinginkan gemuruh hati kawulo, rangkul segenap komponen negri baik kawan maupun lawan politik untuk bersama-sama memberantas perilaku-perilaku biadab para teroris agar tidak hidup di negri Rekiblik Etekewer. Perintahkan para perangkat dan aparatnya untuk bekerja lebih keras lagi, ajak kawulo untuk proaktif minimal informasi-informasi yang berguna dalam rangka menuntaskan penyelesaian masalah tersebut. Publikasikan sampai kepelosok-pelosok orang-orang yang dicurigai terlibat dan sebagai kelompok pelaku, beri alamat jelas untuk pengiriman informasi. Lakukan secara terus menerus sehingga negri bersih dari tindakan dan kelompok teroris.


Tidak kalah pentingnya bersihkan juga para petugas dan aparat-aparat korup dari negri sehingga kawulo merasa tidak sia-sia memberikan sumbangsih dan menjadi semakin peduli untuk proaktif bersama-sama menanggulangi. Karena mental-mental korup ini juga diantaranya yang menghambat kepentingan negri. Ciptakan wajah ramah para pelaku publik service (simbah nglondho lagi nich...) sehingga kawulo tidak segan-segan untuk menyampaikan segala permasalahan yang berkaitan dengan masalah apapun, dengan demikian akan terjalin kerjasama yang baik dalam pengelolaan negri (wwwuuuiikkk... simbah mulai mengeluarkan khasanah nglondhonya)


Yo le kita doakan semoga Rekiblik Etekewer diparingi (diberi) Gusti Allah hati yang mengerti dan petingginya diberi jalan terang, hikmat dan kebijaksanaan agar dapat menyelesaikan masalah dengan adem tapi selesai tuntas, agar segala tindakan dan pernyataan empan papan, agar kawulo menjadi tenang, citra negri kembali terangkat di mata dunia.


Kita doakan juga agar para elit dan petingginya tidak menjadi sosok-sosok pengisruh sehingga tidak menjelma menjadi orde kisruh, kasihan kawulo, dengan demikian ketenangan dan kedamaian itu boleh nyata dirasakan dan dinikmati oleh segenap komponen kawulo dan negri.

Jika menjadi pemimpin jadilah pemimpin yang bijaksana dan berhikmat, perilaku yang santun untuk digugu dan ditiru, bersikap dan bertindak tegas, berani berkorban untuk kawulonya (jangan sebaliknya). Menjamin ketenangan dan kedamaian segenap kawulo untuk menyembah Gusti Allah dengan cara dan keyakinannya masing-masing, bukan malah ada orang beribadah untuk menyembah Gusti Allah diosak-asik (kacaukan), jika ada yang seperti ini pemimpin tersebut harus bertindak tegas dan berantas perilaku-perilaku yang suka memberhalakan pembenaran kelompok dan golongannya tersebut, jangan justru dibiarkan saja karena ini bisa jadi bibit yang tidak baik dalam berbangsa dan bernegara, terlepas alasan dan dalih apapun. Sebab yang mempunyai hak menilai benar tidaknya ibadah dan keimanan seseorang hanya Gusti Allah saja yang punya hak, dan itu mutlak hak Gusti Allah, manusia tidak punya hak (lha wong masih pada tidak tahu kaplingnya di surga atau neraka tho?). Jika siap seperti di atas silahkan jadi pemimpin, pemimpin yang baik akan membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi segenap kawulo negri, ingat segenap bukan sebagian !!!.


Peradaban manusia tidak pernah surut kebelakang melainkan semakin maju kedepan, maknai peradaban itu dengan perilaku-perilaku beradab (bukan menyelesaikan masalah dengan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar kemanusiaan), santun, hati yang berpengertian dan berakhlak mulia, sebagai sesama manusia ciptaan Gusti Allah yang memiliki hak yang sama akan kehidupan di hadapan Gusti Allah.


Wong urip kui mung mampir ngombe lan sak dremo nglakoni (orang hidup itu ibarat mampir minum dan cuma sekedar menjalani), dadhio wong kang utomo (jadilah manusia utama).


http://www.bisnis-mesin-uang-internet.com

Kamis, Juli 02, 2009

REKIBLIK ETEKEWER V - PAHLAWAN KESURUPAN

Sejak pagi tadi simbah sudah sibuk merawat perkutut peliharaannya. Le…simbah bantuin merawat perkututnya…lha monggo mbah, perkutut yang sudah simbah mandikan makan dan minumnya ditambah, kalau sudah dijemur dan dikerek di tempatnya masing-masing, lhak yo apal tho nggon-nggonane?...ojo keliru …(hapal khan tempat-tempatnya?...jangan keliru). Nggih mbah…lha ya mesti hapal dan paham tho mbah, setiap hari melihat lingkungan sekitar jhee….Ya sudah simbah nglanjutin mandikan yang lainnya ya…., monggo mbah (silahkan mbah)….simbah bagian mandikan saya bagian nambahin makanan minuman dan ngerek (ngerek=menaikkan diatas tiang seperti mngerek bendera).


Lha ngono kui jenenge kerjasama seng apik tho le…(lha kalau seperti itu khan namanya kerjasama yang baik tho le…). Paham nggak le yang namanya kerjasama…simbah menanyakan ke cucunya sambil tetap beraktifitas, nek coro boso sekolahmu opo le, simbah lali jhee…(kalau dalam bahasa sekolahmu apa le, simbah lupa jheee..). ooo…lha ya mesti paham tho mbah, kalau bahasa kerennya team work, apa le …simbah kurang jelas…team work mbah….ooo timweg…yo…yo…yo…timweg (simbah dengan pedenya mengucapkan padahal rada keliru he…he…he…), yang simbah maksud paham nggak maknanya bukan definisinya lho….(wuuuikk…simbah mulai rada nglondho dikit).


Kerjasama atau timweg koyo istilahmu (kaya istilahmu) itu memiliki makna ibarat satu tubuh, semua bagian tubuh memiliki bentuk dan fungsinya yang saling berbeda namun melengkapi menuju pada satu tujuan, apakah itu keinginan, kehendak dan sebagainya yang berjalan secara serasi dan selaras. Lha kalau salah satu bagian dari tubuh tidak berfungsi maka akan terjadi ketimpangan, akibatnya keserasian dan keselarasan itu akan terganggu. Lha kalau kamu tanyakan mana yang paling penting, ya semuanya sama-sama penting, tidak ada bagian yang lebih penting dari yang lainnya, semua sama-sama penting karena memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, mana yang paling berjasa...ya semuanya berjasa, sebab itu hasil fungsi kolektif. (wwuuuikkk…nglondho lagi)


Lha iya ya mbah, kalau makna mendasar tersebut dipahami dengan baik oleh setiap orang yang menjalankan tugas khan ya mestinya tidak akan terjadi ujur-ujuran (rebutan) bahwa dirinya yang paling berjasa ya mbah, seperti yang terjadi di Rekiblik Etekewer itu…. Inilah le…ini bukti bahwa kata “tanpa pamrih dan gotong royong” itu sudah tidak lagi ada di kasanah kosa kata mereka, jadinya ya begitu itu…lha ironis lagi kalau sudah sukanya ngaku-ngaku berkat jasa perbuatannya…wach parah lagi itu namanya…. Bukan lagi sebagai pahlawan kesiangan tapi sudah pahlawan kesurupan !!!… (surup=senja, kesurupan=kesetanan).


Perilaku yang demikian itu juga menunjukkan sudah tidak adanya budaya malu, makanya suka mengaku-ngaku dan memperlihatkan jasa, orang yang sudah tidak memegang budaya malu sama saja orang yang sudah menggadaikan harga dirinya dengan murah alias obral. Hal seperti itu sudah jelas-jelas tidak mengikuti perintah Gusti Allah, bukankah Gusti Allah memerintahkan melalui firmanNYA, “..JIKA MEMBERI DENGAN TANGAN KANAN, TANGAN KIRI JANGAN SAMPAI TAHU…” ya kalau mau berbuat baik dan mengabdi ya berbuat baik dan mengabdilah dengan apa adanya, bukan untuk dipertontonkan agar orang-orang pada tahu kalau sedang berbuat baik, jika sudah begitu tidak ada nilainya perbuatan itu di hadapan Gusti Allah.


Coba le kamu bayangkan, Rekiblik Etekewer itu ibarat tubuh manusia, isinya tangan semua atau kaki semua atau mata semua dan sebagainya, apa ya bisa berfungsi dengan baik?...jangankan berfungsi dengan baik, malah nggilani kui…(nakuti itu), lha kalau sudah gitu cocoknya jadikan memedhi sawah aja buat ngusir hama burung he…he…he… Wes yo le ndhang diberesi kabeh…(sudah yo le diberesi semua).. kita sarapan dulu, mbah putri kayanya sudah selesai masaknya…lha monggo mbah….



Meraih Sukses Merdeka
www.bisnis-mesin-uang-internet.com